Minggu yang lalu saya sempat menulis keresahan saya terhadap AI: Alasan kenapa saya tidak perlu overthinking terhadap AI, di tulisan itu saya menekankan jika AI adalah multiplier untuk manusia.
Sejak menulis tulisan itu, saya malah memikirkan sekenario-sekenario lain. Saya membayangkan apa jadinya dunia untuk 10 tahun kedepan, akan seperti apa AI nantinya. Akan seperti apa dunia ini nantinya.
Saat tulisan ini dibuat, model AI baru sudah dikenalkan, Google Gemini 2.0.
Sebagai yang memakai AI untuk coding, saya biasanya memakai Claude Sonet. Ketika mencoba Gemini 2.0, saya cukup amaze. Alasannya karena response yang diberikan lebih cepat, akurat, dan harganya yang sangat murah.
Poin saya adalah AI ini berkembang sangat cepat, terlebih sekarang seperti ada katalis (karena deepseek dan model AI yang lainnya).
Generasi native AI
Mari kita flashback. Saya adalah generasi milenial. Saya cukup beruntung, karena di generasi saya ini internet ditemukan, komputer berkembang begitu cepat. Saya cukup mengikuti bagaimana perjalanan dunia sampai saat sekarang.
Dulu ketika kuliah, saya belajar intensif menggunakan buku, e-course, dan googling jika mendapat kesulitan. Tidak ada yang aneh, malahan ini sudah menjadi kebiasaan.
Bandingkan dengan generasi sebelum saya. Mereka mungkin belajar hanya dengan buku, tanpa e-course, tanpa googling. Dengan buku pun, itu saya kira tidak segampang sekarang untuk mencarinya.
Dari generasi sebelum saya ke genersi saya, lihat perbedaannya. Manusia bisa belajar lebih efisien. Waktu untuk mempelajari sesuatu lebih sedikit, tetapi dengan knowledge yang lebih banyak.
Sekarang, bandingkan lagi dengan generasi yang lebih modern. Generasi di mana mereka tidak perlu baca buku atau bahkan googling lagi. Mereka hanya perlu menjadikan AI sebagai guru private 24/7. Lebih seramnya lagi, guru private ini bisa diajak untuk berdiskusi apa saja.
Karena alasan ini saya jadi memikirkan banyak sekenario.
Jika AI ini digunakan dengan baik, manusia akan menjadi se-powerful di masa depan?
Akan jadi seperti apa dunia ini nantinya?
Dengan AI, siapa saja bisa belajar apa saja dengan sangat cepat. AI dapat membantu dalam personalisasi pendidikan, mempercepat riset dan pengembangan, serta mengotomatiskan tugas-tugas rutin, membebaskan kreativitas manusia.
Tetapi, bagaimana jika AI tidak digunakan dengan bijak?
Selain perdebatan antara Elon Musk dan Mark Zuckerberg tentang AI (baca), ada banyak risiko lain yang perlu kita waspadai. Misalnya, hilangnya lapangan pekerjaan akibat otomatisasi, penyebaran misinformasi dan deepfake, masalah etika terkait bias dalam algoritma AI, dan ketergantungan berlebihan pada AI yang dapat mengikis kemampuan berpikir kritis.
Sekarang saya mengerti bagaimana perasaan Elon Musk ketika ribut dengan Mark Zuckerberg tentang AI ini. AI adalah alat yang sangat kuat, dengan potensi besar untuk kebaikan dan keburukan. Kita perlu menghadapinya dengan bijak dan bertanggung jawab.
Fauzi
Ah, saya sependapat dengan ini. Posisi AI saat ini kurang lebih sama dengan posisi googling di zaman generasi milenial kuliah dulu. Tapi lebih efisien, sebagaimana lebih efisiennya googling jika dibandingkan dengan mencari buku (fisik) yang relevan satu per satu di perpustakaan.
Nadiar
Betul mas Fauzi. Kebayang gak jika AI ini dipakai dengan benar, pasti manusia-manusia masa depan akan jauh lebih efisien dan pintar.
Tapi kalo nggak? serem juga. 😨😨
—
Btw, thanks sudah berkomentar 😁