Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Nostalgia tampilan Web di tahun 2004 sampai 2009

Saya masih ingat internet pertama saya, saat itu tahun 2008, memakai koneksi 3G yang belum sempurna. Memakai model dial-up dengan menggunakan HP Sony Ericson K800i. Komputer yang saya gunakan Intel Pentium 3 dengan sistem operasi Windows XP, 128MB DDR1 10GB disk.

Mengejutkan bukan? bayangkan resource seperti itu di tahun 2025, cukup untuk apa.

Internet 2008 dan 2004 saya kira tidak jauh berbeda. Belum ada tampilan responsive dan masih desktop first internet. Ukuran layar pun masih di 640×480, dengan monitor tabung.

Di tahun 2004, WordPress lahir. PHP is a thing (katanya). Dan di tahun 2008, ketika saya mulai tahu internet, blogging adalah sesuatu yang sedang populer. Mirip dengan KOL sekarang.

Pedebatan platform blogging seperti WordPress vs Blogger mirip seperti perdebatan Reels vs TikTok di era seakrang.

Design-design website di tahun 2008-an ini masih membekas di kepala saya. Saya tidak ingin memori ini hilang, karenanya saya menulisnya di sini. Continue reading “Nostalgia tampilan Web di tahun 2004 sampai 2009”

WordPress developer, dulu dan sekarang

Tahun 2008 ketika saya pertama kali membuat blog, saya menggunakan platform dari blogger.com. Dengan platform blogger, saya belajar hal dasar dari membangun sebuah website, yaitu HTML dan Javascript!

Saat itu, untuk modifikasi template blogger, setidaknya kita harus tahu tag HTML/XML dan sedikit CSS. Jika kita ingin ada interaksi maka javascript diperlukan.

Singkat cerita, saya mencoba WordPress. Alasannya karena saya tidak bisa modifikasi blogger seperti yang saya inginkan. Pada saat itu saya ingin membuat sebuah web Manga Reader. Dan ya, saya berhasil membuat Manga Reader dengan WordPress. Continue reading “WordPress developer, dulu dan sekarang”

Selamat tinggal WordPress ๐Ÿ‘‹

Saya memakai WordPress dari 2010, artinya sudah 13 tahun lebih saya menggunakan CMS sejuta umat ini. Saya tidak ingat begitu jelas dari versi WordPress berapa, mungkin v1.x. Tetapi yang jelas saya ingat tahun itu, saya banyak belajar WordPress dari Jauhari.net, karena belau sering membuat theme WordPress gratis (“https://www.jauhari.net/themes/).

Dari sana saya belajar trial and error php, modifikasi theme, dst.

Di tahun-tahun selanjutnya, saya menghabiskan development WordPress menggunakan theme framework Thesis dan Genesis. Sampai akhir 2022, saya menggunakan GeneratePress. Continue reading “Selamat tinggal WordPress ๐Ÿ‘‹”

Kemana komunitas blogging?

Sebelum menulis tulisan ini saya membaca twitter random yang isinya kira-kira seperti ini:

2019 itu lima tahun yang lalu lhoo…

Iya ya, gak kerasa. Tahun ini sudah 2024.

Tulisan terakhir blog ini bulan Juli 2023. Lama sekali gak update. Bukan tidak aware, tapi saya merasakan kalo nulis di blog sekarang itu gak ada yang baca. Termasuk tulisan ini, entah ada yang baca atau nggak.

Tahu-tahu udah 2024 aja.

Continue reading “Kemana komunitas blogging?”

Backup otomatis WordPress dari cPanel ke S3 compatible storage

Dua minggu lalu saya sempat menulis bagaimana caranya backup WordPress tanpa plugin dari cPanel ke Dropbox. Hanya saja memiliki satu kelemahan, upload di-limit maksimal 250MB.

Bagaimana jika ada cara yang sama, tetapi tanpa limit 250MB?

Ya, kali ini saya akan menunjukan cara tersebut. Yang perlu Anda persiapkan hanyalah akses cPanel dan S3 compatible storage, seperti AWS S3 atau DigitalOcean Spaces yang saya pakai di tutorial ini.

Untuk hosting saya memakai HawkHost standard, bukan vps ataupun dedicated hosting.

Continue reading “Backup otomatis WordPress dari cPanel ke S3 compatible storage”

10 tips memilih nama domain yang sempurna untuk blog

Domain blog ini tadinya adalah titiknadi.com, kemudian saya ganti ke titiknadi.com.

Kenapa?

Ternyata nama domain itu sangat penting, sangat-sangat penting. Saya memiliki tujuan membangun blog yang niche. Sebisa mungkin domain itu bisa dikenal oleh siapa saja dengan mudah tanpa effort.

Well, tidak semudah itu…

Saya salah, ternyata nama titiknadi.com tidak semudah itu di cari di Google.

Ketika saya cari nadiar, yang muncul adalah profil-profil dari facebook dan linkedin.

Ketika saya cari titiknadi.com, yang muncul adalah lokasi agensi desain dari Jakarta Timur.

Ingat, kebiasaan warganet itu masuk ke website dengan melalui search engine, tidak langsung mengetikan alamat web nya.

Jika seprti ini, saya akan sulit bersaing. Apalagi domain adalah first impression. Pencari dengan kata kunci “nadiar” atau “titiknadi.com” akan sulit menemukan blog ini.

Dalam jangka panjang, hal tersebut akan semakin kompleks. Besar kemungkinan saya tersandung masalah spele seprti ini.

Continue reading “10 tips memilih nama domain yang sempurna untuk blog”